Sunday, September 6, 2009

Naskah Amanat Galunggung



‘Raja yang tidak bisa mempertahankan kabuyutan di wilayah kekuasaannya lebih hina ketimbang kulit musang yang tercampak di tempat sampah’. Demikian salah satu isi dari Amanat Galunggung.


Naskah atau koropak 632 ini sekarang disimpan di Perpustakaan Nasional Jakarta.


Naskah memuat pula tentang tata politik pada jaman dahulu. Sedangkan pusat-pusat kegiatan intelektual dan keagamaan ditempatkan pada kedudukan yang sangat penting. Dari naskah ini diketahui juga peran Kabuyutan (liat fungsi Kabuyutan pada thread lainnya), bukan hanya sebagai tempat pemujaan, melainkan dijadikan sebagai salah satu cara penopang integritas terhadap negara, sehingga tempat itu dilindungi oleh raja dan disakralkan.


Amanat Galunggung bukan suatu judul naskah yang langsung ditulis demikian, namun disebutkan bagi sekumpulan naskah yang ditemukan di Kabuyutan Ciburuy Garut. Penamaan terhadap kumpulan naskah menjadi ‘Amanat Galunggung’ diberikan oleh Saleh Danasasmita, yang turut mengkaji naskah ini pada tahun 1987.


Naskah yang dikatagorikan sebagai salah satu naskah tertua di Nusantara ini diperkirakan disusun pada abad ke-15, ditulis pada daun lontar dan nipah, menggunakan bahasa Sunda kuno dan aksara Sunda, berisi nasehat perihal budi pekerti, disampaikan Rakyan Darmasiksa, Raja kerajaan Sunda ke-25, Penguasa Galunggung, kepada puteranya, yakni Ragasuci atau Sang Lumahing Taman. Sehingga didalam nalaroza weblog menyebut pula sebagai ‘Amanat Galunggung Prabu Guru Darmasiksa’.


Siapakah Prabugru Darmasiksa

Didalam naskah Carita Parahyangan diceritakan, Darmasiksa, atau ada juga yang menyebut Prabu Sanghyang Wisnu memerintah selama 150 tahun. Sedangkan di dalam naskah Wangsakerta menyebut angka 122 tahun, yakni sejak tahun 1097 – 1219 Saka atau 1175 – 1297 M. konon kabar sebagai bahan perbandingan ada 10 penguasa di Jawa Pawathan yang sejaman dengan masa pemerintahannya. Ia naik tahta 16 tahun pasca Prabu Jayabaya (1135 – 1159) M, penguasa Kediri Jenggala Wafat, iapun memiliki kesempatan menyaksikan lahirnya Kerajaan Majapahit (1293 M).


Menurut Pustaka Nusantara II/2, Prabuguru Darmasiksa pernah memberikan peupeujeuh – nasehat kepada cucunya, yakni Wijaya, pendiri Majapahit, sebagai berikut :


Haywa ta sira kedo athawamerep ngalindih Bhumi Sunda mapan wus kinaliliran ring ki sanak ira dlaha yan ngku wus angemasi. Hetunya nagaramu wu agheng jaya santosa wruh ngawang kottman ri puyut kalisayan mwang jayacatrumu, ngke pinaka mahaprabhu. Ika hana ta daksina sakeng hyang Tunggal mwang dumadi seratanya.


Ikang sayogyanya rajyaa Jawa rajya Sunda parasparopasarpana atuntunan tangan silih asih pantara ning padulur. Yatanyan tan pratibandeng nyakrawartti rajya sowangsong. Yatanyan siddha hitasukha. Yan rajya Sunda duhkantara. Wilwatika sakopayanya maweh caranya : mangkana juga rajya Sunda ring Wilwatika.


Inti dari nasehatnya tersebut menjelaskan tentang larangan untuk tidak menyerang Sunda karena mereka bersaudara. Jika masing-masing memerintah sesuai dengan haknya maka akan mencapai keselamatan dan kebahagiaan yang sempurna.


Jika diurut bibit buit Rakyan Darmasiksa maka ditemukan muasal leluhurnya dari Kendan. Jika kita menyoal masalah Kendan tentunya tidak dapat dilepaskan dari Galuh, sehingga tak heran jika banyak masyarakat kita yang menafsirkan Amanat Galunggung ini terkait erat dengan nilai-nilai yang berlaku umum di Galuh pada waktu itu.


Sama halnya dengan alur Carita Parahyangan yang mengisahkan Galuh, dibuat pada abad ke 16, satu abad pasca Amanat Galunggung, naskah yang diberi nama Amanat Galunggung ini memulai ceritanya dari alur Kerajaan Saunggalah I (Kuningan) yang diperkirakan telah ada pada awal abad 8M.


Masa tersebut tentunya terkait dengan kisah perebutan tahta Galuh oleh sesama keturunan Wretikandayun, yakni antara anak-anak mandi minyak disatu pihak dan anak dari Sempak Waja dan Jantaka. Sehingga secara politis, Sanggalah merupakan alternatif untuk menyelesaikan pembagian kekuasaan diantara keturunan Wretikandayun, bahkan naskah ini menjelaskan sisi dan perkembangan keturunan Wretikandayun diluar Galuh.


Didalam naskah Wangsakerta Bab Pustaka Pararatwan I Bhumi Jawadwipa, diketahui nama Raja Saunggalah I bernama Resiguru Demunawan. Kedudukan sebagai penguasa di wilayah tersebut diberikan oleh ayahnya, yakni Sempak Waja, putra dari Wretikandayun (pendiri Galuh). Resiguru Demunawan merupakan kakak kandung dari kakak kandung Purbasora, yang pernah menjadi raja di Galuh pada 716-732M. Eksistensi dari Resi Demunawan, Sempak Waja dan Wretikandayun banyak di ceritakan didalam Carita Parahyangan, bahkan seangkatan dengan Sanjaya dan Balangantrang.


Memang Demunawan, leluhur Prabuguru Darmasiksa memiliki keistimewaan dari saudara-saudara lainnya, baik sekandung maupun dari seluruh teureuh Kendan. Karena sekalipun tidak pernah menguasai Galuh secara fisik, namun ia mampu memperoleh gelar Resi Guru. Suatu Gelar yang tidak sembarangan bisa didapat oleh siapapun, sekalipun oleh raja-raja terkenal, tanpa memilik sifat Satria Minandita, bahkan pasca Salakanagara dan Tarumanagara, gelar ini hanya diperoleh Resiguru Manikmaya, pendiri Kendan, Resiguru Darmasiksa dan Resiguru Niskala Wastu Kancana, Raja di Kawali.


Prabuguru Darmasiksa pertama kali memerintah di Saunggalah I (Kuningan) kemudian memindahkan ke Saunggalah 2, di daerah Tasik. Menurut kisah Bujangga Manik pad abadi ke 15, lokasi lahan tersebut terletak di daerah Tasik selatan sebelah barat, bahkan kerajaan ini mampu mempertahankan kehadirannya setelah Pajajaran dan Galuh runtuh. Pada abad ke 18 nama kerajaan tersebut masih ada, namun setingkat Kabupaten, dengan nama Kabupaten Galunggung, berpusat di Singaparna. Mungkin sebab alasan sejarah penduduk Kampung Naga Salawu Tasik enggan menyebut Singaparna, merekapun tetap menyebut Galungung untuk istilah Singaparna.


Kemudian Darmasiksa diangkat menjadi Raja di Kerajaan Sunda (Pakuan), sedangkan Saunggalah diserahkan kepada puteranya, yakni Ragasuci atau Sang Lumahing Taman.


Naskah Amanat Galunggung

Saripati dari naskah tersebut pada intinya berisi tentang tetekon hirup, yakni :

1. Keharusan untuk menjaga dan mempertahankan tanah kabuyutan dari gangguan orang asing, bahkan tanah kabuyutan sangat di sakralkan. Iapun mentebutkan, bahwa : lebih berharga kulit lasum (musang) yang berada ditempat sampah dari pada putra raja yang tidak mampu mempertahankan tanah airnya.

2. Memotifasi agar keturunannya untuk tetap mempertahan Galunggung. Dengan cara mendudukan Galunggung maka siapapun akan memperoleh kesaktian, jaya dalam berperang, dan akan mewariskan kekayaan sampai turun temurun.

3. Agar berbakti kepada para pendahulu yang telah mampu mempertahan tanah air pada jamannya masing-masing.


Amanat Galunggung intinya merupakan ajaran atau visi yang harus dimilik setiap ‘Urang Sunda’, terutama dalam cara hirup kumbuhna. Sehingga dapat membentuk diri sebagai pribadi yang positif dan mencerminkan kesejatian manusia.


Berikut dibawah ini Ringkasan ‘Amanat Galunggung’, yang disarikan dari nalaroza.wodpress.com Dalam tulisan ini sengaja hanya ditampilkan terjemaahan dari koropak 632 oleh Saleh Danasamita (1987), naum tidak pada analisanya ataupun pendapatnya. Hal ini semata-mata agar diketahui keaslian dan universalitasnya ajaran Sunda Buhun.


Halaman 1 :

Prabu Darmasiksa menjelaskan tentang nama-nama raja leluhurnya. Iapun memberikan amanat atau nasihat kepada: anak, cucu, umpi (turunan ke-3), cicip (ke-4), muning (ke-5), anggasantana (ke-6), kulasantana (ke-7), pretisantana (ke-8), wit wekas ( ke-9, hilang jejak), sanak saudara, dan semuanya.


Halaman 2 :

Pegangan Hidup :

Perlu mempunyai kewaspadaan akan kemungkinan dapat direbutnya kemuliaan (kewibawaan dan kekuasaan) serta kejayaan bangsa sendiri oleh orang asing.


Tentang perilaku negatif yang dilarang : Jangan merasa diri yang paling benar, jaling jujur, paling lurus, Jangan menikah dengan saudara, Jangan membunuh, yang tidak berdosa, Jangan merampas hak orang lain. Jangan menyakiti orang yang tidak bersalah. Jangan saling mencurigai.


Halaman 3 :

Pegangan Hidup

· Harus dijaga kemungkinan orang asing dapat merebut kabuyutan (tanah yang disakralkan).

· Siapa saja yang dapat menduduki tanah yang disakralkan (Galunggung), akan beroleh kesaktian, unggul perang, berjaya, bisa mewariskan kekayaan sampai turun temurun.

· Bila terjadi perang, pertahankanlah kabuyutan yang disucikan itu.

· Cegahlah kabuyutan (tanah yang disucikan) jangan sampai dikuasai orang asing.

· Lebih berharga kulit lasun (musang) yang berada di tempat sampah dari pada raja putra yang tidak bisa mempertahankan kabuyutan/tanah airnya.

· Perilaku yang dilarang, yakni jangan memarahi orang yang tidak bersalah ;
Jangan tidak berbakti kepada leluhur yang telah mampu mempertahankan tanahnya (kabuyutannya) pada jamannya.



Halaman 4

Pegangan Hidup

· Hindarilah sikap tidak mengindahkan aturan, termasuk melanggar pantangan diri sendiri.

· Orang yang melanggar aturan, tidak tahu batas, tidak menyadari akan nasihat para leluhurnya, sulit untuk diobati sebab diserang musuh yang “halus”.

· Orang yang keras kepala, yaitu orang yang ingin menang sendiri, tidak mau mendengar nasihat ayah-bunda, tidak mengindahkan ajaran moral (patikrama). Ibarat pucuk alang-alang yang memenuhi tegal.


Halaman 5

Pegangan Hidup

· Orang yang mendengarkan nasihat leluhurnya akan tenteram hidupnya, berjaya.

· Orang yang tetap hati seibarat telah sampai di puncak gunung.

· Bila kita tidak saling bertengkar dan tidak merasa diri paling lurus dan paling benar, maka manusia di seluruh dunia akan tenteram, ibarat gunung yang tegak abadi, seperti telaga yang bening airnya; seperti kita kembali ke kampung halaman tempat berteduh.

· Peliharalah kesempurnaan agama, pegangan hidup kita semua.

· Jangan kosong (tidak mengetahui) dan jangan merasa bingung dengan ajaran keutamaan dari leluhur.

· Semua yang dinasihatkan ini adalah amanat dari Rakeyan Darmasiksa.


Halaman 6

Pegangan Hidup


Sang Raja Purana merasa bangga dengan ayahandanya (Rakeyan Darmasiksa), yang telah membuat ajaran/pegangan hidup yang lengkap dan sempurna.


Bila ajaran Darmasiksa ini tetap dipelihara dan dilaksanakan maka akan terjadi :

· Raja pun akan tenteram dalam menjalankan tugasnya;

· Keluarga/tokoh masyarakat akan lancar mengumpulkan bahan makanan.

· Ahli strategi akan unggul perangnya.

· Pertanian akan subur.

· Panjang umur.

· SANG RAMA (tokoh masyarakat) bertanggung jawab atas kemakmuran hidup ; SANG RESI (cerdik pandai, berilmu), bertanggung jawab atas kesejahteraan ; SANG PRABU (birokrat) bertanggung jawab atas kelancaran pemerintahan.


Perilaku yang dilarang, yakni : Jangan berebut kedudukan ; Jangan berebut penghasilan ; Jangan berebut hadiah.


Perilaku yang dianjurkan, yakni harus bersama- sama mengerjakan kemuliaan, melalui : perbuatan, ucapan dan itikad yang bijaksana.


Halaman 7

Pegangan Hidup


Akan menjadi orang terhormat dan merasa senang bila mampu menegakkan ajaran/agama ; akan menjadi orang terhormat bila dapat menghubungkan kasih sayang/silaturahmi dengan sesama manusia. Itulah manusia yang mulia.


Dalam ajaran patikrama (etika), yang disebut bertapa itu adalah beramal/bekerja, yaitu apa yang kita kerjakan. Buruk amalnya ya buruk pula tapanya, sedang amalnya ya sedang pula tapanya; sempurna amalnya/kerjanya ya sempurna tapanya. Kita menjadi kaya karena kita bekerja, berhasil tapanya. Orang lainlah yang akan menilai pekerjaan/tapa kita.


Perilaku yang dianjurkan : Perbuatan, ucapan dan tekad harus bijaksana.


Harus bersifat hakiki, bersungguh-sungguh, memikat hati, suka mengalah, murah senyum, berseri hati dan mantap bicara.


Perilaku yang dilarang : Jangan berkata berteriak, berkata menyindir-nyindir, menjelekkan sesama orang dan jangan berbicara mengada-ada.


Halaman 8.

Pegangan Hidup :

· Bila orang lain menyebut kerja kita jelek (maksudnya bukan jelek fisik/tubuh), yang harus disesali adalah diri kita sendiri.

· Tidak benar, karena takut dicela orang, lalu kita tidak bekerja/bertapa.

· Tidak benar pula bila kita berkeja hanya karena ingin dipuji orang.

· Orang yang mulia itu adalah yang sempurna amalnya, dia akan kaya karena hasil tapanya itu.

· Camkan ujaran para orang tua agar masuk surga di kahiyangan.

· Kejujuran dan kebenaran itu ada pada diri sendiri.

· Itulah yang disebut dengan kita menyengaja berbuat baik.


Perilaku yang dianjurkan :

Harus cekatan, terampil, tulus hati, rajin dan tekun, bertawakal, tangkas, bersemangat, perwira - berjiwa pahlawan, cermat, teliti, penuh keutamaan dan berani tampil. Yang dikatakan semua ini itulah yang disebut orang yang BERHASIL TAPANYA, BENAR-BENAR KAYA, KESEMPURNAAN AMAL YANG MULIA.


Halaman 9

Pegangan Hidup :

Perlu diketahui bahwa yang mengisi neraka itu adalah manusia yang suka mengeluh karena malas beramal ; banyak yang diinginkannya tetapi tidak tersedia di rumahnya; akhirnya meminta-minta kepada orang lain.


Perilaku yang dilarang :

Arwah yang masuk ke neraka itu dalam tiga gelombang, berupa manusia yang pemalas, keras kepala, pander - bodoh, pemenung, pemalu, mudah tersinggung - babarian, lamban, kurang semangat, gemar tiduran, lengah, tidak tertib, mudah lupa, tidak punya keberanian - pengecut, mudah kecewa, keterlaluan/luar dari kebiasaan, selalau berdusta, bersungut-sungut, menggerutu, mudah bosan, segan mengalah, ambisius, mudah terpengaruh, mudah percaya padangan omongan orang lain, tidak teguh memegang amanat, sulit hat, rumit mengesalkan, aib dan nista


Halaman 10

Pegangan Hidup :

· Orang pemalas tetapi banyak yang diinginkannya selalu akan meminta dikasihani orang lain. Itu sangat tercela.

· Orang pemalas seperti air di daun talas, plin-plan namanya. Jadilah dia manusia pengiri melihat keutamaan orang lain.

· Amal yang baik seperti ilmu padi makin lama makin merunduk karena penuh bernas.
Bila setiap orang berilmu padi maka kehidupan masyarakat pun akan seperti itu.
Janganlah meniru padi yang hampa, tengadah tapi tanpa isi.

· Jangan pula meniru padi rebah muda, hasilnya nihil, karena tidak dapat dipetik hasilnya.


Halaman 11

Pegangan Hidup

· Orang yang berwatak rendah, pasti tidak akan hidup lama.

· Sayangilah orang tua, oleh karena itu hati-hatilah dalam memilih isteri, memilih hamba agar hati orang tua tidak tersakiti.

· Bertanyalah kepada orang-orang tua tentang agama hukum para leluhur, agar hirup tidak tersesat.

· Ada dahulu (masa lampau) maka ada sekarang (masa kini), tidak akan ada masa sekarang kalau tidak ada masa yang terdahulu.

· Ada pokok (pohon) ada pula batangnya, tidak akan ada batang kalau tidak ada pokoknya.

· Bila ada tunggulnya maka tentu akan ada batang (catang)-nya.

· Ada jasa tentu ada anugerahnya. Tidak ada jasa tidak akan ada anugerahnya.
Perbuatan yang berlebihan akan menjadi sia-sia.


Halaman 12

Pegangan Hidup:

· Perbuatan yang berlebihan akan menjadi sia- sia, dan akhirnya sama saja dengan tidak beramal yang baik.

· Orang yang terlalu banyak keinginannya, ingin kaya sekaya-kayanya, tetapi tidak berkarya yang baik, maka keinginannya itu tidak akan tercapai.

· Ketidak-pastian dan kesemerawutan keadaan dunia ini disebabkan karena salah perilaku dan salah tindak dari para orang terkemuka, penguasa, para cerdik pandai, para orang kaya; semuanya salah bertindak, termasuk para raja di seluruh dunia.

· Bila tidak mempunyai rumah/kekayaan yang banyak ya jangan beristri banyak.

· Bila tidak mampu berproses menjadi orang suci, ya jangan bertapa.


HALAMAN 13
Pegangan Hidup:

· Keinginan tidak akan tercapai tanpa berkarya, tidak punya keterampilan, tidak rajin, rendah diri, merasa berbakat buruk. Itulah yang disebut hidup percuma saja.

· Tirulah wujudnya air di sungai, terus mengalir dalam alur yang dilaluinya. Itulah yang tidak sia-sia. Pusatkan perhatian kepa cita-cita yang diinginkan. Itulah yang disebut dengan kesempurnaan dan keindahan.

· Teguh semangat tidak memperdulikan hal-hal yang akan mempengaruhi tujuan kita.

Perilaku yang dianjurkan:

· Perhatian harus selalu tertuju/terfokus pada alur yang dituju.

· Senang akan keelokan/keindahan.

· Kuat pendirian tidak mudah terpengaruh.

· Jangan mendengarkan ucapan-ucapan yang buruk.

· Konsentrasikan perhatian pada cita-cita yang ingin dicapai.


Cag heula. Pamuga aya nungoreksi sangkan panggih jeung bebeneranana.


Disarikan oleh : Agus Setiya Pernana

Antara lain dari :

1. nalaroza.wor press.com

2. wikipedia.indonesia.ensiklopedia bebas

3. Rintisan Penelusuran Masa Silam Sejarah Jawa Barat (1983)

2 comments:

ratna yulia said...

te o pe pisan.............

Bonie Nugraha said...

tata nilai adi luhung..

Post a Comment