Friday, June 4, 2010

Mengulas Saat Terakhir Pakuan Pajajaran




Pantun Bogor....

sesaat saya terhenyak membaca tulisan baraya kita disitus jejaring sosial Facebook

menguraikan walau secara singkat tentang Pantun tersebut.

Terlebih diceritakan dalam pantun tersebut, bahwa Prabu Ragamulya/Suryakancana

/Prabu Siliwangi V? mengalami saat saat yang getir sebagai penerus tahta kerajaan

besar, melarikan diri akibat serangan Koalisi kerajaan Islam yang dipimpin oleh

Sultan Maulana Yusuf anak dari Sultan Hasanudin atau cucu dari Sunan Gunung

Djati/Syarif Hidayatullah (anak dari Nyimas Rara Santang atau masih cicit Prabu

sri Baduga Maharaja dari istri yang bernama Nyimas Subang Larang)
.

Bahkan menurut Pantun tersebut, Uga Wangsit Siliwangi disampaikan Prabu Ragamulya di

saat masa pelarian itu berakhir. Hal tersebut, sangatlah masuk akal karena memang

pada awal kalimat uga disamapaikan kata " ”Lalakon urang ngan nepi ka poé ieu,

najan dia kabéhan ka ngaing pada satia! Tapi ngaing henteu meunang mawa dia

pipilueun, ngilu hirup jadi balangsak, ngilu rudin bari lapar. ............. ”"
.

Artinya kurang lebih ”Kisah kita (=Pajajaran) hanya sampai disini, meskipun

kalian semua setia kepadaku! Tapi saya tidak bisa membawa kalian ikut-ikutan

bermasalah),ikut hidup susah, ikut miskin dan kelaparan. .........”
. Jadi

sangatlah tidak mungkin kalau uga tersebut disampaikan oleh Prabu Sri Baduga

Maharaja, karena kondisi Pakuan pajajaran pada kedua tokoh tersebut jauh berbeda.

Hal lain yang menarik, adalah diceritakan pula dalam pantun tersebut bahwa Prabu

Ragamulya melakukan pelarian sampai ke Ujung Genteng Sukabumi. Disana dikisahkan

rencana Prabu Ragamulya yang sempat membuat perahu besar untuk keperluan menyebrang

ke pulau Nusa Larang? pulau tersebut kini bernama P. Christmas. Namun rencana

tersebut digagalkan oleh badai dashyat. Selanjutnya, Prabu Ragamulya pun memilih

mengasingkan diri/Moksa/Ngahyang. Sementara itu, Putrinya yang bernama Dewi Purnama

Sari memilih melakukan perjalanan ke daerah sekitar Pelabuhan Ratu, kemudian sang

Putri Ngababakan mendirikan kampung disana bersama para pengawalnya.

Perkampungan tersebut berkembang menjadi semacam kerajaan kecil sehingga tempat

tersebut dikenal kini sebagai pelabuhan Nyai Ratu/ Pelabuhan Ratu. Sedangkan Putra

Mahkota yang bernama Pangeran Anom Kean Santang? menyelamatkan diri ke daerah hutan

digunung Halimun dan menyamarkan diri dengan nama Batara Cikal. Selanjutnya kelak

akan menurunkan keturunan yang sekarang dikenal sebagai masyarakat adat Banten

Pancer Pangawinan(Masyarakat Kesatuan Adat Ciptagelar).

Isi Pantun diatas hanyalah isi Pantun Bogor leutik, karena sebetulnya Pantun itu

sendiri terdiri dari dua episode. Pantun Bogor Leutik berkisah sekitar kehidupan

sehari-hari masyarakat Kerajaan Pajajaran atau tentang para putri raja dan

kesatria. Sedangkan Pantun Gede berkisah tentang ajaran agama Sunda, silsilah Raja

Sunda, Uga, dan pola pemerintahan Kerajaan Sunda. Pada masa lalu Pantun Bogor

disampaiakan oleh juru pantun sambil diiringi petikan kecapi lisung senar tujuh

khas Pajajaran yang kini sudah punah.Pantun Bogor ditulis sekitar tiga ratus tahun

lalu oleh seorang pujangga misterius yang memiliki nama samaran Aki Uyut Baju

Rambeng hidup di sekitar Jasinga Bogor.

Naskah tersebut kemudian diwariskan kepada Rd. Wanda Sumardja seorang Demang masa

penjajahan Belanda. Naskah-naskah kemudian diwariskan lagi kepada Raden Mochtar

Kala asal Bogor yang kemudian lebih dikenal dengan nama Rakean Minda Kalangan (RMK)

sesepuh Bogor yang meninggal tahun 1983 lalu dalam usia 79 tahun. Semasa hidupnya,

RMK kerap dijadikan narasumber oleh berbagai pihak tentang budaya Sunda. Namun,

dari sekian banyak yang belajar kepadanya, hanya dua orang yang terpilih untuk

mewarisi Pantun Bogor yakni sejarawan Drs. Saleh Danasasmita dan Anis Djatisunda.

Kini tinggal Anis Djatisunda (71) yang masih hidup, tokoh berdarah Sunda dari ibu

dan Sangihe Talaud Sulawesi Utara dari ayahnya ini dikenal sebagai sesepuh

budayawan Sunda dan kerap diminta pendapatnya oleh berbagai pihak.

Anis menegaskan bahwa Pantun Bogor yang ia jelaskan kepada khalayak umum dewasa ini

hanya diambil dari naskah Pantun Leutik, sedangkan ungkapan Pantun Gede dengan teks

aslinya masih dirahasiakan karena sifatnya yang sakral. Bagian ini hanya akan

diberikan kelak kepada ahli waris Pantun Bogor, yang hingga kini belum ia temukan.

Anis berharap sebelum ajal menjemputnya, ia ingin menemukan pewarisnya yang

benar-benar mencintai Kasundaan, yang berkepribadian ”Nyunda, Nyiliwangi, dan

Majajaran” dan memiliki jiwa yang Saharigu, Sasusu, Sahate jeung Sarancage (Sehidup

dan Semati) dengan Kasundaan. Bila tidak juga menemukan sosok yang sesuai, Pantun

Bogor terpaksa akan ia bakar, hal itu sesuai pesan mendiang Rakean Minda Kalangan.

Akan tetapi mudah-mudahan hal itu tidak terjadi, sebab bila kemudian harus sirna

karena dibakar tentu sangat disayangkan, pasalnya kedudukan pantun ini bagi

sebagian sejarawan dan budayawan memiliki nilai tinggi dalam perjalanan sejarah

sastra dan budaya Sunda.

Sekali lagi saya terhenyak, betapa tidak dalam pantun tersebut dikisahkan bagaimana

sesama turunan Prabu Sri Baduga maharaja saling berperang untuk saling merebut

kekuasaan yang bernama tanah Pasundan. Hingga akhirnya Sumedang Larang yang

dipercaya untuk meneruskan Trah Pajajaran melalui perjuangan empat kandaga lante

pun terhempas Mataram yang pada saat itu secara masive melakukan ekspansi ke

berbagai daerah.

(bersambung)

Source: Koran Pikiran Rakyat, Senin 1 Maret 2010

Notes Rakean di FB

Blog Kang Firman

Kang Wiki

(Hapunten bilih mipit teu amit, ngala teu bebeja), mugia dihampura

7 comments:

a.ruli bahtiarudin said...

RAHAYU SWASTI ASTU NIRMALA SEDA MALILANG, PUN!!!
SAMPURASUN...

kahatur kang...
Menurut sim kuring perkawis analisa Pantun Bogor anu diluhur(aya dina lalakon PAJAJARAN SEUREN PAPAN)saenyana yen anu dikisahkeun teh leres lakon SRI BADUGA MAHARAJA, saalit seueurna perkawis makna sareng nu sanesna anu katawis dina eusi lakon PAJAJARAN SEUREN PAPAN teh sanes patokana dina periode masa terakhir Raja pajajaran, tapi memang ngancik dina wayah karajaan Pajajaran digempur pasukan Demak,Cirebon jeung Banten-Islam, nyaeta dina wayah SRI BADUGA MAHARAJA mimpin Padjajaran.

Pantun Bogor(leutik) anu aya 6 lalakon, nyaeta:

1. PAJAJARAN SEUREN PAPAN
2. PAKUJAJAR BEUKAH KEMBANG
3. DISAEURNA TALAGA RANCAH MAYA
4. PAKUJAJAR DI LAWANG GINTUNG
5. KALANG SUNDA MAKALANGAN
6. RONGGENG TUJUH KALASIRNA

Pantun Bogor (gede) diantawisna :

1. PERANG SUNDA PANGLOKATAN
2. CURUG SIPADA WERUH
3. TUNGGUL KAWUNG BIJIL SIRUNG
4. LAWANG SAKETENG KA LEBAK CAWENE

Perkawis Pantun Bogor eta ti KI MOEHTAR KALA(RAKEAN MINDA KALANGAN) - ANIS DJATISUNDA (RAKEAN KALA SUTA)- teras ka .........???

Pun, sapun!!!
ampun paralun....

ardiwnata ewl said...

alah backsoundna meuni matak waraas, kabayangkeung eta kajadian

kisunda ngalalana said...

tah geuningan aya tambihan info ngeunaan pantun bogor, mangga saha deui anu bade nambihan

Unknown said...

panuju ka Sri Baduga Maharaja Ratu Haji di Pakwan Padjadjaran, anu nga wangsitna. Sabab mantenna tos ngaraos yen geus wayah 'Obah Jaman' saterusna lain Padjadjaran deui, jadi Karajaan Sunda. hn*R3M

Isman Rahadian said...

mugia dina waktosna tiasa kabuka

Hadian Permana said...

Mukana.kedah nu bersih.haténa.. Lebar amaparanna.. Koncina aya 4.. Heee.. Salam rahayu ki dulur.. Nu utami.. K kang @Ruli bahtiarudin

Anonymous said...

Luar biasa.👍👍👍

Post a Comment