Saturday, March 6, 2010

Bencana Alam Penyebab Keruntuhan Kabuyutan Sunda




Judul diatas sangatlah provokatif, dan

cenderung mengada ada. Namun demikian tak bisa

terbantahkan bahwa Kabuyutan Sunda dikelilingi oleh alam yang sewaktu waktu berubah

menjadi ganas dan mematikan. Letusan gunung berapi, bencana gempa yang bahkan

menimbulkan gelombang tsunami diduga menjadi salah satu faktor yang mendorong

kemunduran kabuyutan kisunda.

Penulis belumlah mendapatkan referensi yang akurat selain buku Atlantis sebagai

mahakarya Prof. Arysio Santos dan saduran tentang Kedahsyatan Letusan Gn Krakatau

yang tertuang dalam catatan syair kuno yang berjudul Syair Lampung Karam.

Dalam buku Atlantis, diyakini bahwa kepulauan Nusantara sebagai benua atlantis dan

merupakan satu satunya peneliti yang menyatakan bahwa Atlantis benar benar ada di

Nusantara.

Diyakini 11000 tahun SM, Gn Krakatau masihlah berbentuk Gn menjulang tinggi

walau tidak sepenuhnya utuh akibat letusan pertamanya. Bersamaan dengan itu

perkembangan kebudayaan manusia di sekeliling Gn Krakatau berkembang sangat pesat.

Bahkan dikatakan kebudayaan manusia mencapai puncak keemasan pada periode tersebut.

Diyakini pula bahwa penduduk masyarakat disana adalah masyarakat yang mungkin saja

sekarang dikenal masyarakat suku sunda (karuhun Sunda). Hal tersebut selalu

menimbulkan perdebatan panjang, tak sedikit yang mencibir sebagai bualan belaka.

Penulis meyakini bahwa masyarakat sunda, yang pada masa sampai menjelang keruntuhan

Pajajaran adalah masyarakat yang berbudaya tinggi. Masyarakat yang harmonis dengan

alam dan akibat pengalaman masa lalunya, dimana keseimbangan alam menjadi sebuah

kearifan lokal hingga berkembang menjadi sebuah budaya.

Bencana alam yang secara periodik menghantam kepulauan Nusantara berbuah kehancuran

termasuk mempengaruhi pasang surut kebudayaan karuhun sunda.


Sejarah mencatat, bahwa letusan gunung berapi dan gempa bumi berkali kali

memusnahkan peradaban disekitar kepulauan Nusantara.

Dimulai dengan meletusnya gunung Toba (75 Ribu th yang lalu) yang diyakini oleh

prof.Arysio Santos sebagai masa "Sang Ibu Agung" yang berakhir pada masa 11000 SM.

Setelah Alam sekitar kembali bersahabat bangkit kembali masa peradaban kedua yang

disebut "Putra Sang Perawan" sampai mengalami kehancuran yang massive akibat

letusan Gunung Krakatau sekaligus mengakhiri Zaman Es kala itu, dan sekaligus

mengakhiri Nusatara sebagai benua menjadi kepulauan. Kemudian perkembangan budaya

selanjutnya bergeser ke India (Diyakini mereka adalah para imigran dr Nusantara

pada th 3100 SM). Namun demikian diyakini pula mereka yang selamat melanjutkan

kembali untuk membangun peradaban di tanah Nusantara, walaupun hanya dengan jumlah

yang sedikit.

Kesimpulanya, ada tiga periode masa Atlantis sampai dengan hilangnya Nusantara

sebagai benua berubah menjai pulau. Orang Hindu mengenalnya sebagai kejadian

Trimurti (trinitas).

Setelah itu, kebangkitan budaya baru yang terpisah dan tidaklah sehebat kebudayaan

sebelumnya.

Di era keruntuhan Pajajaran, penulis meyakini letusan gunung salak mendorong

kehancuran persediaan pangan kerajaan pajajaran di sekitar tahun 1600 M, ditambah

dengan maraknya pemberontakan menyebabkan hampir punahnya budaya emas karuhun

Sunda peninggalan budaya Atlantis tersebut. Namun demikian sisa peninggalan

kejayaan tersebut benar benar hilang setelah letusan Gunung krakatau pada tahun

1883, terutama didaerah pesisir antara Lampung dan Ujung P Jawa bagian barat

tersapu gelombang Tsunami.

Hal tersebut dimuat dalam berita satu satunya sumber pribumi yang memuat kesaksian

mengenai kedahsyatan letusan Gunung Krakatau.

(Penulis, akan memuat isi naskah Lampung Karam di edisi berikutnya.)


Walaupun tulisan diatas bukanlah merupakan hasil penelitian, namun penulis meyakini

bahwa bencana alam meyebabkan kehancuran Kebudayan Emas Karuhun Sunda.

4 comments:

Megan Fox said...

artikel yang menarik hanya penulisannya terlalu rapat dan hurufnya terlalu kecil

salam,
Bolehngeblog

Sahabat Alam said...

Tangtos, perkawis eta kedah aya penelusuran deui anu leureus-leureus kang..

Anonymous said...

nu disebat kabuyutan teh apan lam urang puseurna sumber daya alam diantawisna disimbolkeun ku GUNUNG janten kanggo urang Sunda utamina AJARAN SUNDA mah KABUYUTAN = LINGKUNGAN HIRUP; janten panginten KABUYUTAN mah teu hancur. anu hancur mah esensi na ... sanes kumargi BENCANA ALAM tapi ku ZAMAN

Unknown said...

menta pendapat ngeunaan titinggalan aksara kuno atawa goresan/pahatan guha anu nuduhkeun peradaban beh ditu saupama bener ayana peradaban eta. ulah curat-coret teu pararuguh ngabahas kabuyutan sagala, ngerakeun. ari situs gunung padang mah tangtu geus yakin ayana, tah lamun dibarengan ku simbol aksara atawa simbol basa tangtu leuwih sampurna.

Post a Comment