Monday, January 4, 2010

Prasasti pada Kertas Emas Batujaya


Thursday, November 5, 2009 at 12:40pm
Prasasti-Prasasti Emas dari BATUJAYA

(Richadiana Kadarisman Kartakusuma)

Ketika itu saya kebetulan diajak bergabung oleh Tim Penelitian Batujaya, dengan alasan disiplin studi saya pada bidang spesialisasi Epigrafi, yakni studi terhadap sumber tertulis (prasasti, naskah, berita cina etc).

Secara khusus meneliti beberapa prasasti yang diperkirakan kontemporer zaman dengan situs penelitan bersangkutan, yaitu prasasti digoreskan pada terakota (Museum Batujaya), prasasti yang digoreskan pada lembaran tipis dari bahan emas yang dibaca berdasarkan foto dari ketua tim, dan beberapa prasasti disimpan sebagai arsip Juru pelihara (Bapak Kaisin, penduduk desa Batujaya).

Prasasti yang digoreskan pada terakota penulis dapat langsung membacanya di tempat, karena tersimpan di Museum Batujaya, sedangkan prasasti-prasasti lainnya diperoleh dan dibaca benar-benar dari foto milik ketua tim dan penulis tidak melihat dan membaca langsung dari benda prasastinya.

Pembacaan suatu prasasti dari masa lampau dengan jarak dan tenggang waktu sekian abad, aksara dan bahasa yang sudah “arkais” tidaklah mudah kecuali membaca pada bendanya langsung. Oleh karena itu, dengan seluruh rasa kesadaran, penulis mohon maaf segala kekurangan hasil pembacaan yang tertera di sini.

Perlu dikemukakan bahwa selama proses penelaahan prasasti-prasasti dari Batujaya tersebut, untuk melengkapi kekurangan dan mendapatkan hasil yang diupayakan semaksimal mungkin. Diantaranya diskusi dengan peneliti senior yang telah lebih dahulu meneliti dan membaca prasasti tersebut, yakni Dr.Hasan Djafar (FIB UI). Beliau Hasan Djafar lah yang telah dengan cemerlang merampungkan Studi Batujaya sebagai Disertasi Pasca Sarjana Universitas Indonesia (kini proses diterbitkan oleh EFEO: Ecole Francaise d’Extreme-Orient bekerjasama dengan Penerbit KIBLAT- Bandung).

Atas izin dan kerendahan hati Dr.Hasan Djafar (Epigrafis Senior FIB UI) meluangkan waktu dan pengalaman studinya kepada penulis. Beberapa hasil diskusi atas pembacaan prasasti yang ditampilkan di sini merupakan salah satu naskah prasasti-prasasti yang secara khusus segera diterbitkan oleh Dr. Hasan Djafar.

Prasasti-Prasasti dari Situs Batujaya ditelaah sehubungan penelitian Situs Batujaya tahun 2009 adalah sebagai berikut:

1) Prasasti pada Meterai Terakota (Votive Tablet)
Prasasti votive tablet ini beberapa disimpan sebagai benda inventaris Museum Batujaya. Prasasti tersebut ditemukan di situs Segaran V–Candi Blandongan, enam votive tablet ditemukan dalam kondisi utuh; 50 votive tablet lainnya dalam keadaan hancur berupa fragmen. Namun ada beberapa diantanya yang dapat direkonstruksi ulang sehingga ukurannya dapat diketahui, yaitu rata-rata berkisar tinggi 6 cm lebar 4 cm dan tebal 0,5 cm.

Prasasti votive tablet tersebut terdiri dari dua bagian. Bagian atas terdapat pahatan relief yang menggambarkan tiga tokoh Buddha yaitu Boddhisatva dengan sikap kaki bersila, dan sikap tangan dhyanimudra. Di bawah gambar tiga tokoh Boddhisatva tersebut ada tiga tokoh Buddha lainnya dengan sikap duduk Bhadrasana dan sikap tangan Abhayamudra; sementara sosok Buddha lainnya yang dipahatkan berdiri mengapit sisi kanan dan sisi kiri dengan sikap tubuh Tribhangga dan sikap tangan Abhayamudra (Hasan Djafar 2005).

Sementara itu votive tablet yang berprasasti, tulisannya digoreskan pada bagian bawah pahatan relief Buddha, terdiri dari dua baris isinya tidak begitu jelas, namun nampak seperti gaya aksara Palawa dan gaya Kharosti. Bentuk aksara yang tidak begitu jelas hingga sulit dibaca ini agaknya merupakan aksara yang dalam posisi terbalik (harus dibaca dari kanan), diperkirakan benda votive tablet dibuat dan dicetak dengan cetakan sama berupa copy. Maka pahatan tulisan maupun gambarnya sama tetapi dengan kondisi suhu bakar berbeda sehingga menghasilkan warna terakota berbeda.

Votive-votive tablet terakota sebagian disimpan di Pusat Penelitian dan Pengembangan Arkeologi Nasional-Jakarta; sebagian lagi ada di BP3 (Balai Pelestarian dan Penyelamatan Purbakala)-Serang, Provinsi Banten; beberapa disimpan di Gedung Penyelamatan BCB Batujaya (Museum Batujaya)-Karawang.

Dr.PEJ.Ferdinandus mengasumsikan votive tablet yang ditemukan di Candi Blandongan beraksara Khmer Kuno dan dihubungkan dengan relief Buddha juga dipahatkan dalam votive tablet tersebut diduga merupakan “Keajaiban Saraswati” seperti votive tablet yang terdapat di Thailand dari periode sekitar abad ke VI dan ke-VII Masehi.

2) Prasasti pada Terakota (Fragment)
Prasasti ini ditemukan pada Situs Candi Blandongan (SEG V) pada bulan Agustus tahun 1999 ketika melakukan pengupasan runtuhan lantai selasar. Prasasti disimpan Pusat Penelitian dan Pengembangan Arkeologi Nasional. Prasasti dipahatkan pada bata, kini bentuknya berupa fragmen sehingga duapertiga bagian bertulisan hilang, dan yang dapat diukur sekitar panjang 7 cm, lebar 5 cm dan tebal 1 cm. Prasasti dituliskan dengan aksara Palawa dan bahasa Sanskerta, isinya tentang ayat-ayat suci “mantra” Buddha dituliskan masing-masing tiga baris pada kedua sisinya (depan dan belakang)

Teks Sisi depan (recto):
1. ajnanac-ci] - yate karmma //
2. [jan mmanah karmma] karanam //
3. [jnanan-na ciyate] karmma //

Sisi Belakang (verso):
1. [...............] ---- ma
2. [...............] – thaya //
3. [...............] bhadrah //

3) Prasasti pada Lembaran Emas
A. Prasasti Emas 1
Prasasti dituliskan pada lembaran emas yang sangat tipis berukuran panjang 12 cm dan lebar antara 1-1.2 cm. Ditemukan dengan kondisi terlipat tatlkala pengupasan pada lahan Situs Candi Blandongan (SEG V) tahun 2002, isinya tentang ayat-ayat suci “mantra” Buddha ditulis-kan dengan aksara Palawa dan bahasa Sanskerta terdiri dari tiga baris tulisan.

Benda prasasti tersebut masih lengkap tetapi pecah menjadi empat bagian yang dapat disambung menjadi bentuknya yang utuh, disimpan sebagai inventaris BP3 (Badan Pelestarian Peninggalan Purbakala) – Serang, Provinsi Banten.

Teks
1. ajnana-(c=)iyate ka karma [jna]nah karma [......]jnana ciyate karma
2. karma bhava[n=na ja]yate

B. Prasasti Emas 2
Prasasti dituliskan pada lembaran emas yang sangat tipis berukuran panjang 5 cm dan lebar 2.5 cm. Ditemukan dengan kondisi terlipat kala pengupasan pada lahan Situs Candi Blandongan (SEG V) tahun 2004, isinya tentang ayat-ayat suci “mantra” Buddha dituliskan dengan aksara Palawa dan bahasa Sanskerta terdiri dari tiga baris tulisan. Prasasti tersebut masih lengkap hanya saja pada bagian tengah lembaran retak. Kini disimpan sebagai inventaris BP3 (Badan Pelestarian Peninggalan Purbakala) – Serang, Provinsi Banten.

Teks:
1. ajnanac-ciyate karmma janmanah
2. karmma karanam jnanannah kramanah
3. karm karmma bhava-na jayate

C. Prasasti Emas 3
Sangat kebetulan hanya sempat melihat sebentar ketika berlangsung kegiatan penelitian di Situs Batujaya, dimana penulis sebagai salah satu anggota tim, sehinga tidak sempat mengamati dan membacanya dengan saksama. Namun menilik secara sepintas ketika di lapangan, gaya aksara dan tulisan tertera di dalamnya diperkirakan merupakan kata-kata suci ‘mantra” Buddha seperti prasasti-prasasti emas I dan II yang telah dipapaarkan.

Oleh karena itu yang ditampilkan di sini hanya berdasarkan pengamatan fisik yang sepintas, juga keterangan tentang prasasti Emas 3 diperoleh berdasarkan diskusi dengan Dr.Hasan Djafar.

Prasasti Emas III ditemukan tim penelitian Pusat Penlitian dan Pengambangan Arkeologi Nasional di Situs Lempeng (SEG II) pada bulan Juli 2005.

Aksara Palawa yang dipakai pada prasasti-prasasti di Situs Batujaya sebagian besar isinya berkenaan dengan ayat-ayat suci “mantra” Buddha dan memiliki kecenderungan tidak menyerta-kan unsur pertanggalan; dituliskan dengan media bahasa Sanskerta. Dari segi bentuk, jenis dan gayanya prasasti-prasasti yang berhasil ditemukan di Situs (Kompleks Percandian) Batujaya meperlihatkan adanya kedekatan bentuk dan gaya aksara yang terdapat pada prasasti-prasasti dari masa Kerajaan Taruma yang kini disimpan sebagai benda inventaris Museum Nasional-Jakarta.

Dari tinjauan paleografi J.G.de Casparis (1975; cf. Hasan Djafar 2005) beberapa prasasti termasuk periode Kerajaan Taruma terutama pada lembaran emas mungkin sekali merupaksan bentuk aksara yang berkembang sekitar abad VII-IX Masehi.

Bahasa dipakai pada prasasti-prasasti mantra sehubungan dengan Penelitian Arkeologi 2009 ini (baik yang digoreskan pada votive tablet, pada terakota maupun lembaran emas) adalah bahasa Sanskerta. Sesuai media bahan yang dipilih dan lingkungan situs tempat temuannya, bahasa Sanskerta yang dipakai sehubungan dengan wacana keagamaan yang bersifat Buddhis.

Bagaimana kaitan prasasi-prasasti mantram di dalam hubungan dengan pelaksanaan upacara keagamaan, belum dapat dijelaskan, kecuali prasasti-prasasti pada lembaran emas. Tampak fisik prasasti-prasasti lembaran emas teradapat bekas lipatan, akibatnya lembaran emas itu retak dan patah.

Dalam kaitan ini J.G. de Casparis menuturkan (cf. Hasan Djafar 2005) prasasti-prasasti yang berisi mantra (ayat-ayat suci) Buddha khususnya yang dituliskan pada lembaran emas kecil, memiliki nilai kesakralan teretentu dalam kaitannya dengan ritual agama Buddha dan bangunan suci bersangkutan. Prasasti emas tersebut dilipat atau digulung kemudian disimpan atau diletakkan di dalam bangunan stupa.

Menurut B.Ch.Chhabra mantram “ajnanac-ciyate karmma janmanah” adalah ajaran Sankhya dan Vedanta. Menurut Hariani Santiko yang disampaikan kepada Hasan Djafar (2005) penggunaan bahasa Sanskerta dengan aksara Palawa umum ditemukan sebagai media utama penyampaian pesan Buddha aliran Mahayana, inti mantra ajaran Budisme Pratitiyasamutpada. Maka Kompleks Percandian Batujaya merupakan bangunan pusat upacara keagamaan pemeluk Buddha Mahayana.

1 comment:

Anonymous said...

punten ah rada teu ngarti, kunaon eta bukti2 teh lolobana di simpeuna di provinsi Banten jeung Jakarta? apanan lokasina teh "milik" Jawa Barat

Post a Comment