Tuesday, May 18, 2010

Kebudayaan Tembikar Buni


Oleh: Agustijanto indradjaya



Penelitian arkeologi di situs Batujaya, yakni sebuah komplek percandian yang

bersifat Buddhistik di daerah Karawang ternyata mengharuskan kami (arkeolog)

melihat kembali penelitian terhadap budaya Komplek


tembikar Buni yang pernah populer sekitar tahun 1960-an. Ketika itu para arkeolog

dari Pusat Penelitian Arkeologi Nasional yang dimotori oleh R.P.Soejono dan

Sutayasa harus berlomba dengan para penggali liar yang bertujuan mencari emas dari

kubur-kubur prasejarah di wilayah pantai utara Jawa. Pada awalnya temuan

kubur-kubur prasejarah ini ditemukan di desa Buni (Bekasi) dan kemudian daerah

perkembangannya ditemukan meluas ke arah timur di daerah sungai Citarum dan sungai

Bekasi hingga Ciparage di Cilamaya. Istilah komplek tembikar buni ini muncul;

ketika adanya persamaan corak hiasan dari fragmen tembikar yang ditemukan di

beberapa tempat antara Bekasi dan Cikampek. Beberapa situs Buni yang pernah

diteliti antara lain di Buni, Kedungringin, Cabangbungin dan Bulaktemu di Bekasi,

Batujaya, Kobak Kendal, Cilebar Babakan Pedes di daerah Rengas Dengklok.


Namun demikian baru pada tahun 2005 sampai sekaranglah manusia pendukung budaya

Buni ini berhasil diungkap lebih jauh. Ya sebuah komplek kubur periode prasejarah

atau tepatnya periode protosejarah (sekitar abad 1 sm -2 masehi ) berhasil

ditemukan di situs Batujaya. Di situs ini tidak kurang 10 individu berhasil

ditemukan kembali meskipun beberapa diantaranya ada indikasi pernah digali secara

liar (mungkin sisa penggalian tahun 60-an). Berikut beberapa foto yang dapat

dilihat betapa mereka sebenarnya merupakan satu masyarakat yang telah memiliki

teknologi yang cukup memadai untuk mengelola lingkungannya pada masa itu.


Lalu siapakah mereka ? menurut Harry Widi, Arkeolog senior di Museum Sangiran

menyebutkan bahwa mereka berasal dari jenis ras Mongolid. beberapa dari Mereka

menunjukkan struktur tengkorak yang tebal dengan tekstur yang keras. Proses

fosilisasi telah bermula dengan masuknya mineral silika pada tekstur tulang, akan

tetapi masih dalam tahap awal. Banyaknya mineral silika ini mungkin disebabkan oleh

lokasi temuan rangka yang berada dalam lingkungan berpasir.


Sumber: http://tapakarkeologi.blogspot.com/2009/04/mereka-para-pendukung-budaya-komplek.html

No comments:

Post a Comment