Pantun Bogor....
sesaat saya terhenyak membaca tulisan baraya kita disitus jejaring sosial Facebook
menguraikan walau secara singkat tentang Pantun tersebut.
Terlebih diceritakan dalam pantun tersebut, bahwa Prabu Ragamulya/Suryakancana
/Prabu Siliwangi V? mengalami saat saat yang getir sebagai penerus tahta kerajaan
besar, melarikan diri akibat serangan Koalisi kerajaan Islam yang dipimpin oleh
Sultan Maulana Yusuf anak dari Sultan Hasanudin atau cucu dari Sunan Gunung
Djati/Syarif Hidayatullah (anak dari Nyimas Rara Santang atau masih cicit Prabu
sri Baduga Maharaja dari istri yang bernama Nyimas Subang Larang).
Bahkan menurut Pantun tersebut, Uga Wangsit Siliwangi disampaikan Prabu Ragamulya di
saat masa pelarian itu berakhir. Hal tersebut, sangatlah masuk akal karena memang
pada awal kalimat uga disamapaikan kata " ”Lalakon urang ngan nepi ka poé ieu,
najan dia kabéhan ka ngaing pada satia! Tapi ngaing henteu meunang mawa dia
pipilueun, ngilu hirup jadi balangsak, ngilu rudin bari lapar. ............. ”".
Artinya kurang lebih ”Kisah kita (=Pajajaran) hanya sampai disini, meskipun
kalian semua setia kepadaku! Tapi saya tidak bisa membawa kalian ikut-ikutan
bermasalah),ikut hidup susah, ikut miskin dan kelaparan. .........” . Jadi
sangatlah tidak mungkin kalau uga tersebut disampaikan oleh Prabu Sri Baduga
Maharaja, karena kondisi Pakuan pajajaran pada kedua tokoh tersebut jauh berbeda.
Hal lain yang menarik, adalah diceritakan pula dalam pantun tersebut bahwa Prabu
Ragamulya melakukan pelarian sampai ke Ujung Genteng Sukabumi. Disana dikisahkan
rencana Prabu Ragamulya yang sempat membuat perahu besar untuk keperluan menyebrang
ke pulau Nusa Larang? pulau tersebut kini bernama P. Christmas. Namun rencana
tersebut digagalkan oleh badai dashyat. Selanjutnya, Prabu Ragamulya pun memilih
mengasingkan diri/Moksa/Ngahyang. Sementara itu, Putrinya yang bernama Dewi Purnama
Sari memilih melakukan perjalanan ke daerah sekitar Pelabuhan Ratu, kemudian sang
Putri Ngababakan mendirikan kampung disana bersama para pengawalnya.
Perkampungan tersebut berkembang menjadi semacam kerajaan kecil sehingga tempat
tersebut dikenal kini sebagai pelabuhan Nyai Ratu/ Pelabuhan Ratu. Sedangkan Putra
Mahkota yang bernama Pangeran Anom Kean Santang? menyelamatkan diri ke daerah hutan
digunung Halimun dan menyamarkan diri dengan nama Batara Cikal. Selanjutnya kelak
akan menurunkan keturunan yang sekarang dikenal sebagai masyarakat adat Banten
Pancer Pangawinan(Masyarakat Kesatuan Adat Ciptagelar).
Isi Pantun diatas hanyalah isi Pantun Bogor leutik, karena sebetulnya Pantun itu
sendiri terdiri dari dua episode. Pantun Bogor Leutik berkisah sekitar kehidupan
sehari-hari masyarakat Kerajaan Pajajaran atau tentang para putri raja dan
kesatria. Sedangkan Pantun Gede berkisah tentang ajaran agama Sunda, silsilah Raja
Sunda, Uga, dan pola pemerintahan Kerajaan Sunda. Pada masa lalu Pantun Bogor
disampaiakan oleh juru pantun sambil diiringi petikan kecapi lisung senar tujuh
khas Pajajaran yang kini sudah punah.Pantun Bogor ditulis sekitar tiga ratus tahun
lalu oleh seorang pujangga misterius yang memiliki nama samaran Aki Uyut Baju
Rambeng hidup di sekitar Jasinga Bogor.
Naskah tersebut kemudian diwariskan kepada Rd. Wanda Sumardja seorang Demang masa
penjajahan Belanda. Naskah-naskah kemudian diwariskan lagi kepada Raden Mochtar
Kala asal Bogor yang kemudian lebih dikenal dengan nama Rakean Minda Kalangan (RMK)
sesepuh Bogor yang meninggal tahun 1983 lalu dalam usia 79 tahun. Semasa hidupnya,
RMK kerap dijadikan narasumber oleh berbagai pihak tentang budaya Sunda. Namun,
dari sekian banyak yang belajar kepadanya, hanya dua orang yang terpilih untuk
mewarisi Pantun Bogor yakni sejarawan Drs. Saleh Danasasmita dan Anis Djatisunda.
Kini tinggal Anis Djatisunda (71) yang masih hidup, tokoh berdarah Sunda dari ibu
dan Sangihe Talaud Sulawesi Utara dari ayahnya ini dikenal sebagai sesepuh
budayawan Sunda dan kerap diminta pendapatnya oleh berbagai pihak.
Anis menegaskan bahwa Pantun Bogor yang ia jelaskan kepada khalayak umum dewasa ini
hanya diambil dari naskah Pantun Leutik, sedangkan ungkapan Pantun Gede dengan teks
aslinya masih dirahasiakan karena sifatnya yang sakral. Bagian ini hanya akan
diberikan kelak kepada ahli waris Pantun Bogor, yang hingga kini belum ia temukan.
Anis berharap sebelum ajal menjemputnya, ia ingin menemukan pewarisnya yang
benar-benar mencintai Kasundaan, yang berkepribadian ”Nyunda, Nyiliwangi, dan
Majajaran” dan memiliki jiwa yang Saharigu, Sasusu, Sahate jeung Sarancage (Sehidup
dan Semati) dengan Kasundaan. Bila tidak juga menemukan sosok yang sesuai, Pantun
Bogor terpaksa akan ia bakar, hal itu sesuai pesan mendiang Rakean Minda Kalangan.
Akan tetapi mudah-mudahan hal itu tidak terjadi, sebab bila kemudian harus sirna
karena dibakar tentu sangat disayangkan, pasalnya kedudukan pantun ini bagi
sebagian sejarawan dan budayawan memiliki nilai tinggi dalam perjalanan sejarah
sastra dan budaya Sunda.
Sekali lagi saya terhenyak, betapa tidak dalam pantun tersebut dikisahkan bagaimana
sesama turunan Prabu Sri Baduga maharaja saling berperang untuk saling merebut
kekuasaan yang bernama tanah Pasundan. Hingga akhirnya Sumedang Larang yang
dipercaya untuk meneruskan Trah Pajajaran melalui perjuangan empat kandaga lante
pun terhempas Mataram yang pada saat itu secara masive melakukan ekspansi ke
berbagai daerah.
(bersambung)
Source: Koran Pikiran Rakyat, Senin 1 Maret 2010
Notes Rakean di FB
Blog Kang Firman
Kang Wiki
(Hapunten bilih mipit teu amit, ngala teu bebeja), mugia dihampura
7 comments:
RAHAYU SWASTI ASTU NIRMALA SEDA MALILANG, PUN!!!
SAMPURASUN...
kahatur kang...
Menurut sim kuring perkawis analisa Pantun Bogor anu diluhur(aya dina lalakon PAJAJARAN SEUREN PAPAN)saenyana yen anu dikisahkeun teh leres lakon SRI BADUGA MAHARAJA, saalit seueurna perkawis makna sareng nu sanesna anu katawis dina eusi lakon PAJAJARAN SEUREN PAPAN teh sanes patokana dina periode masa terakhir Raja pajajaran, tapi memang ngancik dina wayah karajaan Pajajaran digempur pasukan Demak,Cirebon jeung Banten-Islam, nyaeta dina wayah SRI BADUGA MAHARAJA mimpin Padjajaran.
Pantun Bogor(leutik) anu aya 6 lalakon, nyaeta:
1. PAJAJARAN SEUREN PAPAN
2. PAKUJAJAR BEUKAH KEMBANG
3. DISAEURNA TALAGA RANCAH MAYA
4. PAKUJAJAR DI LAWANG GINTUNG
5. KALANG SUNDA MAKALANGAN
6. RONGGENG TUJUH KALASIRNA
Pantun Bogor (gede) diantawisna :
1. PERANG SUNDA PANGLOKATAN
2. CURUG SIPADA WERUH
3. TUNGGUL KAWUNG BIJIL SIRUNG
4. LAWANG SAKETENG KA LEBAK CAWENE
Perkawis Pantun Bogor eta ti KI MOEHTAR KALA(RAKEAN MINDA KALANGAN) - ANIS DJATISUNDA (RAKEAN KALA SUTA)- teras ka .........???
Pun, sapun!!!
ampun paralun....
alah backsoundna meuni matak waraas, kabayangkeung eta kajadian
tah geuningan aya tambihan info ngeunaan pantun bogor, mangga saha deui anu bade nambihan
panuju ka Sri Baduga Maharaja Ratu Haji di Pakwan Padjadjaran, anu nga wangsitna. Sabab mantenna tos ngaraos yen geus wayah 'Obah Jaman' saterusna lain Padjadjaran deui, jadi Karajaan Sunda. hn*R3M
mugia dina waktosna tiasa kabuka
Mukana.kedah nu bersih.haténa.. Lebar amaparanna.. Koncina aya 4.. Heee.. Salam rahayu ki dulur.. Nu utami.. K kang @Ruli bahtiarudin
Luar biasa.👍👍👍
Post a Comment